Diupdate pada 21 Juli, 2024 1:42
Tayang Senin, (22/07/2024)
Pariaman-Borneoindonesianews.com,-Festival Budaya Tabuik merupakan perayaan budaya tahunan di Kota Pariaman, Sumatera Barat, setiap bulan Muharram. Warga Pariaman sekitarnya menyebut bulan itu sebagai “Bulan Tabuik”, bulan di mana sebagian besar perantau memilih untuk pulang kampung menyaksikan perhelatan kolosal paling ramai di provinsi itu.
Seperti saat ini acara pelepasan Tabuik Subarang dihadiri oleh Pj. Walikota Pariaman, Anggota DPRD Kota Pariaman Uncu Men, Anggota DPRD Kabuupaten Padang Pariaman H. Asmar Lambau, mantan Wali Kota Pariaman Genius Umar, Ketua Tabuik Subarang AKP Purnawirawan Husni Thamrim yang disapa Toton alumni SMAN 1 Kota Pariaman tahun 1980, dan juga hadir Ninik Mamak, serta Ribuan Perantau.
Festival Budaya Tabuik disambut sangat antusias oleh masyarakat Kota Pariaman, Kabupaten Padang Pariaman dan Perantau.
Perayaan Tabuik diperkirakan muncul di Pariaman sekitar tahun 1826-1828 Masehi, untuk memperingati hari wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, Husain bin Ali yang tewas dalam perang Karbala. Pada tahun 1910 muncul kesepakatan antarnagari (desa) untuk menyesuaikan perayaan Tabuik dengan adat istiadat Minangkabau sehingga berkembang seperti yang ada saat ini.
Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, perayaan Tabuik tidak lagi secara rutin diselenggarakan. Bahkan pada tahun 1969 sampai 1980 sempat terhenti, salah satunya disebabkan adanya perkelahian massal yang mengganggu ketenteraman kota. Perayaan Tabuik kembali dihidupkan tahun 1980.
Kini, Tabuik digelar oleh dua nagari yakni Nagari Pasa dan Nagari Subarang. Pasa merupakan nama wilayah pasar yang berada di sisi selatan dari sungai yang membelah kota tersebut hingga ke tepian Pantai Gandoriah. Wilayah Pasa dianggap sebagai daerah asal muasal tradisi Tabuik. Sedangkan Tabuik Subarang berasal dari daerah Subarang (seberang), yaitu wilayah di sisi utara dari sungai atau daerah yang disebut sebagai Kampung Jawa.
Prosesi Tabuik biasanya digelar selama 10 hari, yakni mulai tanggal 1-10 Muharram. Namun, Tabuik yang kini sudah menjadi bagian kalender pariwisata daerah maka dilakukan berbagai penyesuaian salah satunya waktu pelaksanaan acara puncak. Dimulai pada 1 Muharram saat perayaan Tahun Baru Islam dan momen puncak Tabuik akan disesuaikan bertepatan pada hari Minggu, sehingga acapkali total pelaksanaannya bisa sampai dua minggu.
Prosesi ini terdiri dari 10 tahapan, yaitu mengambil tanah, menebang batang pisang, basalisiah, mataam, maradai, mengarak jari-jari, mengarak sorban, tabuik naik pangkek, hoyak tabuik, dan membuang tabuik ke laut.
(Z/Korwil Sumbar)
Editor Utama : Robet T. Silun